Trip Jalan Kaki Seru ala Backpacker di Jogja

11/24/2015


 

Mengunjungi tempat wisata di Jogja dengan modal jalan kaki ala backpacker? Bisa! Banyak tempat menarik yang bisa kita kunjungi sekaligus dalam sehari dengan modal irit. Irit dan tentunya menyehatkan sebab kita tak perlu menggunakan sarana transportasi yang ada di Jogja karena cukup dengan kaki kita sendiri atau berjalan.
 

Beberapa wisata dan tempat menarik di Jogja memang berada di pusat kota. Serunya trip jalan kaki pasti kita adalah akan lebih lama menikmati apa-apa saja yang akan di temui di perjalanan. Bonus lain trip jalan kaki ini tentunya lebih mudah untuk menemukan pusat oleh-oleh dan kuliner. 

Lokasi pertama yang disarankan untuk memulai trip jalan kaki seru ini adalah Tugu Jogja. Datang pagi-pagi kesini untuk berfoto dengan latar belakang Tugu Jogja dan terpaan sinar mentari pagi akan memberi kita energi untuk siap memulai perjalanan. Sempatkan sarapan dan tak usah khawatir karena di sekitar Tugu Jogja terdapat beberapa deretan kuliner sarapan seperti nasi kuning dan soto.
 
Selain Tugu Jogja yang tentunya spot wajib untuk dikunjungi, cobalah untuk mampir ke Diorama Tugu Golong Gilig yang berjerak sejengkal saja di sebelah tenggara. Lokasi ini telah dibuka untuk khalayak. Diorama ini memberikan pengetahuan tentang sejarah dan makna dari Tugu Jogja yang berdiri hingga menjadi ikon kota Jogja.
 
Selesai menikmati suasana Tugu Jogja di pagi hari mulailah perjalanan kita. Lanjutkan langkah kaki Anda ke selatan dan nikmati perjalanan melalui trotoar Jalan Pangeran Mangkubumi hingga Stasiun Tugu. Sepanjang perjalanan kita akan melihat gedung-gedung tua peninggalan zaman dahulu. Walaupun sebagian telah menjadi gedung perkantoran dan hotel tetapi tak mengubah khayalan kita tentang masa lalu di Jogja.

Sesampai di Stasiun Tugu, menyeberanglah melalui jalur rel kereta api. Kita akan sampai di kawasan Malioboro Jogja yang termasyur itu. Di sini nikmatilah jalan kaki seru Anda, beli cendera mata yang harganya miring. Jika lelah berjalan, beristirahatlah di kursi beton di bawah pohon rindang yang memang sengaja disediakan. Jika beruntung, terkadang akan banyak atraksi dari musisi jalanan yang menghibur para pejalan.

Jika hendak membeli buah tangan kepada teman, cukup berjalan sedikit ke arah barat. Di sana terdapat deretan toko oleh-oleh penjual bakpia yang kita kenal dengan nama kawasan Pathok. Bakpia yang terkenal enak? Saya cenderung memilih Bakpia 25. Jika punya cukup waktu, beberapa toko menyediakan tur untuk membuat bakpia secara singkat di rumah produksinya.

Setelah trip oleh-oleh, lanjutkan langkah kakimu sedikit ke selatan. Di sana ada Museum Benteng Vredenburg yang siap memberi nuansa nostalgia di Jogja ala zaman kolonial. Benteng yang didirikan oleh Belanda ini kini beralih fungsi menjadi museum yang menyimpan sejarah dan benda-benda peninggalan perang kemerdekaan. Beberapa koleksi diorama yang terdapat di dalamnya cukup menarik untuk dilihat, karena benteng ini peninggalan Belanda dengan arsitektur kuno nan megah. Berfoto disini tentunya wajib untuk dilakukan.

Semakin siang saat matahari sedang bersinar terik, tentunya udara panas pasti akan semakin terasa. Berstirahatlah sebentar menikmati titik Nol Kilometer di dekat Benteng Vredenburg. Ada banyak pedagang asongan ramah yang menawarkan minuman dingin. Tentunya duduk-duduk santai di Nol Kilometer tak akan sia-sia karena kita akan disuguhi pemandangan Gedung Agung yang dipakai presiden saat kunjungan di Jogja, Monumen Batik, Kantor Pos Indonesia, Gedung BNI46 dan Gedung Bank Indonesia yang beraksitektur menarik. Terkadang titik Nol Kilometer ini penuh dengan instalasi seni para seniman yang memamerkan hasil karyanya.

Anda mulai lapar? Jangan khawatir. Mari langkahkan kaki untuk mengunjungi sentra Gudeg di Wijilan. Ada banyak warung yang bisa kita pilih. Namun yang paling terkenal, tentu siapa lagi kalau bukan Gudeg Yu Djum. Jika ingin mencicipi gudeg racikan yang lain tentu sangat diperbolehkan. Beberapa warung seperti Gudeg Bu Lies contohnya, menyediakan gudeg unik yang khusus dijadikan oleh-oleh karena dikemas dengan cara dikalengkan. Nah menarik bukan?

Selesai mengisi tenaga di sentra Gudeg Wijilan, mari langkahkan kaki menuju tempat wisata selanjutnya yakni Museum Kraton Jogja. Jika dari sentra Gudeg Wijilan, kalau mau kita bisa meminta info kepada warga sekitar disana untuk menunjukan rute jalan kaki mblusuk terdekat menuju Museum Kraton Jogja ini atau bisa kembali berjalan melalui Alun-alun Utara Jogja. Menariknya jika mau mblusuk kita akan berjalan kaki melewati gang-gang yang menjadi tempat tinggal penduduk di sekitar Kraton. Sapaan ramah para penduduk yang kita lewati itu akan memberikan kesan perjalanan tersendiri.

Mengapa saya sarankan langsung menuju Museum Kraton Jogja? Sebab, museum ini hanya buka hingga pukul 2 (dua) siang. Padahal sebenarnya masih ada dua tempat yang tentunya patut kita pertimbangkan untuk dikunjungi saat berjalan menuju museum Kraton Jogja yakni Museum Sonobudoyo dan Museum Kereta Kraton. Namun, menurut saya, melewatkan kunjungan ke Kraton seperti sayur tanpa garam dan sambal mentah, yaitu terasa kurang afdal.

Nikmatilah keramahan para Abdi Dalem Kraton. Bercengkeramalah dengan mereka yang setia menuntun dan memandu Anda serta menjelaskan apa saja yang ada di dalam Kraton. Berfoto bersama adalah upah bagi mereka. Hal itu menunjukan bahwa mereka dihormati oleh kita. Rasakan suasana ala bangsawan raja saat berkunjung ke sini, dan Anda tentunya boleh membeli beberapa souvenir seperti blangkon atau pin yang tersedia di toko cendera mata di dalam Kraton. Ingat, mengunjungi Kraton Jogja jangan sampai terlewatkan.

Lokasi perjalanan kaki kita selanjutnya adalah Taman Sari, yaitu istana air yang indah dan penuh rahasia. Taman Sari sejarahnya didirikan untuk tempat mandi putri raja sehingga memiliki kolam air di pusat bangunannya dengan arsitektur yang indah. Sisa-sisa bangunan Taman Sari sebagian masih terjaga walaupun banyak rumah penduduk di sekitarnya. Di dalam Taman Sari terdapat lorong-lorong yang penuh misteri, konon digunakan sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Kraton dengan Taman Sari. Hal ini menunjukan bahwa Taman Sari adalah lokasi eksklusif keluarga raja saat itu.

Jelajahi seluruh kawasan Taman Sari dan naiklah pada bangunan yang tinggi di dekat Plaza Pasar Ngasem. Di sana, kita dapat duduk santai memandangi suasana sekitar kawasan Kraton dari ketinggian. Jika mau mengisi perut dengan camilan khas Jogja, turunlah menuju Plaza Pasar Ngasem. Kita akan menemukan beberapa warung yang menjajakan kuliner dan camilan khas Jogja karena Plaza Pasar Ngasem telah beralih fungsi menjadi pusat kuliner.

Sore menjelang, akhiri perjalanan dengan menuju Alun-alun Selatan Jogja. Lokasi terakhir ini menggeliat mulai sore hari hingga tengah malam. Duduk-duduk di gedung Sasono Hinggil Dwi Abad yang berada di utara alun-alun atau di atas Plengkung Gading yang berada di selatan alun-alun akan menghapus kelelahan kita. Menunggu senja sambil mengingat dan bercengkerama tentang apa saja yang kita lakukan seharian tadi.

Senja berakhir dan malampun datang. Nikmatilah suasana Jogja dengan Wedhang Ronde khas Jogja dan musisi jalanannya di alun-alun selatan Jogja ini. Mau coba hal yang seru untuk menutup perjalanan hari ini? Cobalah permainan Masangin yang rutin digelar di alun-alun ini saat malam. Permainannya cukup mudah, kita ditantang untuk berjalan melewati jalan tengah dari 2 (dua) pohon beringin dengan mata tertutup kain. Jika berhasil, ada reward berupa keinginan dapat terkabul atau langgeng dalam hal hubungan asmara. Boleh percaya atau tidak, tetapi permainan ini seru untuk dilakukan bersama teman perjalanan kita.

Share this

Content Creator, Founder @nyetritbareng, Admin @kopi.web.id, 5th Place Winner APWI Kemenpar 2018 & 4th Place Winner APWI Kemenpar 2019.

Related Posts

Previous
Next Post »

1 comments:

Write comments
26 November, 2015 10:03 delete

Asal Jogja pas lagi nggak panas (kayaknya sekitar bulan Juli) boleh juga ini dicoba. Tapi klo pas Jogja lagi panas-panasnya seperti September - Oktober kemarin, kayaknya nggak deh ya, hahaha. Lagipula, transportasi dari alun-alun kidul menuju alun-alun utara, Malioboro, atau Tugu belum dijangkau sama transportasi umum.

Reply
avatar

Add your comment EmoticonEmoticon