Serunya Bertualang Di Desa Benowo Purworejo

2/21/2017
Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng

Bus yang kami tumpangi berhenti di kantor Kecamatan Bener di pinggir jalan utama Purworejo-Magelang. "Ayo sekarang kita berganti mobil L300 karena Bus tidak muat dan kuat untuk naik", kata koordinator perjalanan kami. Belum sampai di tempat tujuan, kami sudah diajak bertualang untuk menuju sebuah desa di atas perbukitan.

Kami bertualang selama kurang lebih 3 hari 2 malam dalam rangka Famtrip Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah pada destinasi wisata kabupaten Purworejo-Kebumen bersama blogger dan media. Pada hari pertama di kabupaten Purworejo, kami sudah menjajal derasnya jeram Sungai Bogowonto dan memandang indahnya gua serta gardu pandang Seplawan di perbatasan provinsi Yogyakarta-Jawa Tengah. Kini, saya menuju desa Benowo, sebuah desa terpencil di pegunungan Menoreh.

Desa Benowo masih berada di wilayah perbukitan dan lembah pegunungan Menoreh. Perlu naik turun perbukitan untuk menuju desa ini. Desa Benowo adalah rintisan desa wisata. Keunggulannya adalah kehidupan pedesaan asri tanpa kemodernitas yang berlebihan. Kemodernitas tanpa berlebihan ini contohnya adalah kalian akan senang jika menemukan sinyal operator seluler bila berada di desa ini.

Hanya kegelapan dan sesekali lampu penerangan rumah penduduk yang menemani perjalanan kami menuju desa Benowo. Saya kurang begitu paham berapa jarak dari kantor kecamatan Bener sampai desa Benowo. Perjalanan menggunakan mobil sejenis L300 kira-kira memakan waktu 1 jam lebih sedikit dengan ritme perjalanan sedang sesekali pelan karena jalan yang naik turun, berkelok dan sempit.

Rintik hujan saat itu menambah kewas-wasan saya tentang jalan tanjakan licin. Karena menjadi penumpang jauh lebih menyeramkan daripada pengemudi. Pengalaman menaiki angkot dengan sopir bak Dominic Toretto menuju Gua Seplawan membuat saya terus mencoba terjaga walau lelah dan ngantuknya luar biasa. Pukul 9.30an kami akhirnya tiba di sekretariat desa Benowo, disambut warga dengan ramainya.

Kuliner dari Desa Benowo

Sambutan awal kami di desa Benowo adalah kuliner khas. Segera saja saya mengambil yang dihidangkan. Pertama adalah minuman, saya mengambil minuman bernama Baceng. Baceng ini berasal dari badek atau air gula aren yang direbus dengan cengkeh. Kebetulan cengkeh banyak tumbuh subur di desa Benowo.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Sajian khas dari Desa Benowo
Kedua adalah makanan ringan, saya disuguhi Bajingan. Nama ini mirip umpatan atau kalau di kabupaten Bantul sana adalah istilah nama dari driver gerobag sapi. Entah ini celetukan warga apa bagaimana, tetapi nama Bajingan ini berasal dari singkong rebus yang dilumuri gula aren, Bajingan dan Baceng memang disajikan bebarengan.

Untuk makan malam, sayur lompong dan sayur buntil. Bahan baku sayur tersebut melimpah di desa Benowo. Jangan tanya rasanya karena kombinasi lapar dan dingin membuat kami lahap menyantapnya. Apalagi kabarnya, menu makan malam kami diolah dengan cara tradisional yakni masih menggunakan tungku kayu bakar. Sungguh luar biasa nikmatnya.

Sunrise Gunung Kunir

Subuh kami dibangunkan dari tidur yang singkat. Sedikit kurang puas dengan tidur yang hanya sebentar. Namun kami senang karena warga desa Benowo antusias menyambut kedatangan kami hingga mengajak kami untuk bergadang bersama. Geblek khas kabupaten Purworejo yang sudah menjadi ikon khas kabupaten dan kopi asli pegunungan Menoreh menemani kami waktu bergadang malam itu.

Kembali ke subuh dingin, kami mengantri ojek yang akan membawa kami menuju Gunung Kunir. Puncak Gunung Kunir dapat kami saksikan dari sekretariat desa tempat kami menginap, namun untuk kesana membutuhkan waktu 10-15 menit dengan naik kendaraan roda dua. Jika menggunakan kendaraan roda empat katanya medan cukup sulit apalagi jika kurang berpengalaman. Mendengar itu, membuat saya kembali was-was seperti kemarin.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Sunrise Gunung Kunir
Benar saja, warga membawa saya naik Gunung Kunir mengendarai motornya bak Valentino Rossi. Kencang tanpa ampun dengan motor bebek tua yang ban yang dipakai sepertinya sedikit gundul karena saya merasakan terkadang sering bergeser di tikungan karena licinnya jalan. Sepanjang perjalanan mata saya terbuka dan hilang sudah rasa kantuk yang ada sebelumnya. Tak perlu kopi, cukup membonceng ojek di desa Benowo saja sudah jadi obat anti ngantuk.

Sampai di tempat parkir wisata Gunung Kunir saya langsung ditinggal warga yang mengantar. Dia sempat menunjukan bahwa untuk naik ke puncak harus tracking alias jalan kaki. Baiklah, harus sampai puncak pokoknya mengejar matahari terbit. Sedikit demi sedikit saya menaiki tanjakan Gunung Kunir, beberapa tanjakan sudah menggunakan bambu sebagai tangga. Lumayan untuk membantu pengunjung menuju puncak.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Jalan setapak menuju puncak Gunung Kunir

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Memandang rangkaian pegunungan Menoreh

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Landmark Gunung Kunir di puncak gunung
Gunung Kunir ini tentunya masih berada di rangkaian pegunungan Menoreh. Di atas puncaknya kita dapat melihat gunung Merapi, gunung Merbabu dan gunung Sumbing dengan jelas. Pemandangan lain jika cuaca benar-benar cerah adalah pemandangan candi Borobudur dari kejauhan dengan kabut mistisnya. Pemandangan landscape alam dari atas puncak Gunung Kunir juga sangat sayang untuk dilewatkan, hanya ada satu kata yakni menakjubkan.

Gunung Kunir ini menurut catatan memiliki tinggi 975 mdpl. Cukup untuk pendaki kelas pemula dan wisata keluarga. Track yang ada sudah terbentuk sehingga memudahkan pengunjung mendaki hingga puncak. Beberapa tempat duduk dan gazebo disediakan untuk istirahat menambah fasilitas yang ada. Ingin berlama-lama di Gunung Kunir juga dapat dilakukan karena tempat ini dapat difungsikan sebagai area berkemah.

Curug Benowo

Masih menggunakan jasa ojek, tempat ini mengharuskan turun lagi dari Gunung Kunir menuju pemukiman warga di desa Benowo. Petunjuk arah sudah sangat jelas untuk menuju curug Benowo. Tentu saja, menurun berboncengan memakai motor ditempat curam sungguh sangat membuat saya dekat dengan Tuhan. Bersyukur kami tidak ada masalah dalam perjalanan.

Sampai di lokasi parkir yang berada di rumah penduduk saya bertanya "Lah ini air terjunnya mana, jalan lagi!?". Ternyata tidak, Curug Benowo berada tepat di belakang rumah warga. Beruntung sekali warga ini setiap hari menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Curug Benowo

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Pengunjung berfoto di Curug Benowo
Curug Benowo juga tertata dengan rapi. Ada taman dan gazebo, fasilitas kamar ganti dan kamar kecil juga lengkap, Kabarnya akan dibuat taman baca di sekitarnya. Di air terjun ini sangat cocok untuk bersantai sambil menikmati kopi. Sungguh sejenak menjadi warga desa Benowo yang hidup tanpa sinyal operator sangat menyenangkan.

Tinggi Curug Benowo ini sekitar 15 meter, debit airnya dipengaruhi oleh musim. Musim penghujan adalah waktu tepat untuk menikmati air terjun ini. Lokasinya masih berada di desa Benowo namun kalau kebingungan, Curug Benowo sudah tercatat di Google Maps, masih bingung juga? Silahkan bertanya pada penduduk desa Benowo.

Curug Batur dan Petilasan Pangeran Benowo

Desa Benowo tak lepas dari pengaruh Pangeran Benowo, menurut sejarah Pangeran Benowo adalah putra Hadiwijaya atau Jaka Tingkir, raja pertama kerajaan Pajang. Di sebuah bukit bernama bukit Batur, menurut warga desa setempat, diatas bukit Batur itulah Pangeran Benowo pernah bersemedi ditemani oleh pelayannya.

Di petilasan Pangeran Benowo juga terdapat makam yang dipercaya adalah makam pelayannya. Menurut saya pribadi, nama Batur kemungkinan diambil dari istilah pelayan dalam bahasa Jawa yakni Batur (pelayan). Juru kunci petilasan sendiri berujar bahwa banyak versi dipercayai oleh masyarakat, bahkan oleh masyarakat desa Benowo sendiri memiliki kisah yang berbeda-beda.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Petilasan Pangeran Benowo di bukit Batur

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Petilasan Pangeran Benowo
Sebelum naik di petilasan Pangeran Benowo kita akan melewati sebuah air terjun. Namun kita hanya dapat melihat air terjun bernama Curug Batur itu dari atas saja. Saya belum berani mengambil resiko mencari jalan menuju air terjun untuk melihatnya dari bawah, takut kesasar tentunya seperti salah seorang teman saya Aji Sukma.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Curug Batur dilihat dari atas
Curug Padusan

Setelah dari Petilasan Pangeran Benowo kami menuju sebuah air terjun yang tak kalah indah, Curug Padusan namanya. Kalau menurut cocokology, tentu saja nama Curug Padusan ini berasal dari kata Adus (jawa) yang artinya adalah mandi dalam bahasa Indonesia. Karena debit airnya lebih besar dari Curug Benowo, tentu saja air terjun ini sangat cocok untuk bermain air.

Tingginya sekitar 15 meter, hampir sama dengan Curug Benowo hanya lebarnya sedikit lebih sempit. Pada bagian dasar Curug Padusan ini lebih dalam dan membentuk kolam sehingga memang menggoda untuk mandi. Saya tergoda namun menurunkan niat saat merasakan dinginnya air.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Curug Padusan
Di Curug Benowo sudah terdapat fasilitas tempat duduk dan gazebo, namun untuk kamar ganti atau kamar kecil belum tersedia. Mungkin karena akses jalan lebih masuk ke perkebunan sehingga warga belum menambah fasilitas yang ada. Sisi baiknya adalah hasrat untuk bertualang terpenuhi di Curug Padusan ini.

Selesai bertualang dari subuh hingga menjelang siang akhirnya kami pulang. Ojek dari warga menunggu kami agak jauh dari Curug Padusan sehingga kami harus rela berjalan sedikit lagi. Sejuknya alam desa Benowo sedikit mengobati lelah kami. Sepanjang jalan kami sempat menemukan pohon Pinus yang dipanen getahnya. Pohon Pinus banyak tumbuh di desa Benowo dimanfaatkan getahnya untuk industri seperti cat dan bahan pengobatan.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Memanfaatkan getah Pinus
Tuntas sudah perjalanan kami sehari semalam di desa wisata Benowo, desa yang memiliki spot bertualang yang komplit. Tujuan kami selanjutnya adalah kabupaten Kebumen, menuju sebuah pantai yang katanya memiliki pemandangan matahari terbenam eksotis. Semoga saya kelak dapat kembali ke desa Benowo yang indah dan menakjubkan untuk bertualang ini.

Amin.

Desa Wisata Benowo, Gunung Kunir, Curug Benowo, Petilasan Pangeran Benowo, Curug Batur, Curug Padusan, Baceng
Berfoto di depan Curug Benowo

Peta Desa Benowo, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah

Share this

Content Creator, Founder @nyetritbareng, Admin @kopi.web.id, 5th Place Winner APWI Kemenpar 2018 & 4th Place Winner APWI Kemenpar 2019.

Related Posts

Previous
Next Post »

28 comments

Write comments
21 Februari, 2017 15:37 delete

Asyik yg ikut famtrip, air terjun nya cakeep

Reply
avatar
21 Februari, 2017 15:39 delete

Wkkwkw berasa suting fesfurius 10 malahan kalau naik angkotnya...

Nah markuwes perlu juga latihan di jalanan desa Benowo, biar makin eksis.

Cieeeh yang sudah mainan selosepid, makin ciamik euy foto air terjunya... :D

Reply
avatar
21 Februari, 2017 16:13 delete

view dari atas syahdu sekali mas..ngebayangi klo pas suasana sunrise

Reply
avatar
21 Februari, 2017 16:15 delete

Golden sunrise, cuman tergantung musim sih.. kalau musim penghujan gini lebih sering kabutnya yang muncul...

Reply
avatar
21 Februari, 2017 16:31 delete

fotoku apiiikk. matur nuwun masss :D

Reply
avatar
21 Februari, 2017 17:03 delete

aku malah g dapat semburat jingganya. aku nomor 4 paling terakhir yang nyampe sini. haha

Reply
avatar
21 Februari, 2017 17:43 delete

Haseeekkk ada fotokuuu... *norak =D =D =D

Reply
avatar
21 Februari, 2017 19:29 delete

Jadi ikut ngebayangin diboncengin ala velentino rossi di medan jalan kaya gitu mas... wkwk ngeri-ngeri tombo ngantuk. Seruu

Duh penasaran sama curug batur dilihat dari bawah :D

Reply
avatar
22 Februari, 2017 02:26 delete

wah gak bisa omong apa2 , asyik pokoknya ya

Reply
avatar
22 Februari, 2017 07:36 delete

Nulis woi! Di artikel ada namamu juga hahaha

Reply
avatar
22 Februari, 2017 07:37 delete

Kesana pake motor sendiri aja mbak kalau gak mau olahraga jantung hahaha

Reply
avatar
22 Februari, 2017 07:50 delete

Ketoke ngojek duluan deh timbang aku

Reply
avatar
22 Februari, 2017 09:15 delete

singkongnya enak mas buat sarapan, anget-anget plus manis wkwkwk

Reply
avatar
22 Februari, 2017 09:30 delete

gunungnya cakep, air terjunnya cakep terus makanannya juga khas, seruu

Reply
avatar
22 Februari, 2017 09:41 delete

kulinernya itu lho yg bikin ngiler, hehehe
keren banget pemandangannya...

Reply
avatar
22 Februari, 2017 09:50 delete

berarti kameraku g menangkap semburat jingganya. haha

Reply
avatar
22 Februari, 2017 10:08 delete

Hahaha sama, singkong rebus emang gak ada matinya

Reply
avatar
22 Februari, 2017 11:12 delete

aku juga pengen nyebur, tapi gaada temennya :D

Reply
avatar
25 Februari, 2017 23:33 delete

hujan-hujan enaknya emang cari curug mas, masih alami banget ya....jek akeh tengune kui mas hahaha

Reply
avatar
08 Mei, 2017 11:51 delete

baru ngeh kalo ada curug batur :D

Reply
avatar

Add your comment EmoticonEmoticon