Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman

6/11/2018
Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Seorang Abdi Dalem muda berusia 30 tahunan tampak tergesa menuju Bangsal Pagelaran Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sultan Hamengkubuwana VII, sang raja masa itu memanggilnya. Tampak panggilan saat itu adalah panggilan yang cukup penting. Mengingat, beberapa minggu belakangan Sinuwun Sultan resah dengan pergerakan Islam yang kurang terlihat daripada para misionaris Hindia-Belanda. Sebagai Sayidin Panatagama, Sultan merasa bertanggung jawab atas iman rakyatnya yang tidak terarah.

Pemuda yang belakangan diketahui bernama Darwis itu ternyata akan diberi tugas khusus oleh sang raja untuk pergi berhaji. Sebelumnya, saat umurnya masih belasan, Darwis sudah pernah sekali pergi ke Mekkah untuk menimba ilmu. Kali kedua perjalanannya ini, Darwis ingin mengajak turut serta Siraj, putra pertamanya. Keinginan untuk mengajak putranya dikabulkan. Darwis akhirnya tinggal di Mekkah bersama putranya untuk menimba ilmu kembali selama 18 bulan. Sedikit lebih singkat daripada perjalanan pertamanya.

Sepulang menimba ilmu di Mekkah, Darwis merasakan keresahan pada tempat tinggalnya. Sebagai putra KH. Abu Bakar bin Sulaiman, seorang Khatib Besar Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Darwis lekat dengan Islam Kejawen. Itulah yang menjadi ihwal keresahan Darwis. Darwis ingin agar ritual persembahan disederhanakan untuk menekan biaya. Pendidikan digalakan agar masyarakat Islam tidak tertinggal dengan Hindia-Belanda. Darwis ingin, hal yang terlanjur salah harus diluruskan.

Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Kontra tentu saja menghadang Darwis. Cara beribadahnya dibilang bukan bagian dari Islam. Cara mendidik anak miskin di kampungnya dibilang menyalahi tatanan. Namun, Darwis tetap teguh dengan pendiriannya. Puncaknya, pada 18 November 1912 setelah bertahun perjuangan beratnya. Darwis mendirikan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yang bernama Persyarikatan Muhammadiyah. Sesuai nama pemberian Sayyid Bakri Syatha, salah seorang guru menimba ilmu saat kali pertama Darwis ke Mekkah, ia lebih dikenal dengan nama KH. Ahmad Dahlan, sang pencerah dari Kauman.

1 abad kemudian di Kauman, tempat lahir dan syiar pertama KH. Ahmad Dahlan. Di kampung yang terkenal melahirkan beberapa pahlawan nasional ini masih sangat terasa nuansa Islamnya. Kampung yang berada di barat alun-alun utara ini adalah kampung berbasis Islam terbesar di Yogyakarta. Setiap ramadan, seperti di ramadan tahun 2018 ini, setiap sudut rumah selalu ramai orang mengaji. Mengaji di gang-gang sempit diantara bangunan bersejarah.

Ada banyak lokasi napak tilas yang dapat kita kunjungi selama ramadan di Kauman, untuk mengenang KH. Ahmad Dahlan. Yang pertama tentu saja adalah Masjid Gedhe Kauman, di sebelah baratnya ada makam Nyai Walidah, istri KH. Ahmad Dahlan yang dapat kita ziarahi. Di sebelah utara makam Nyai Walidah ada sebuah Monumen Syuhadaa Fii Sabilillah yang akan membuat kita merenungkan wafatnya para pahlawan kemerdekaan di Kauman.

Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Perjalanan dapat dilanjutkan lagi dengan menyusuri gang lebih masuk ke Kauman melewati sekolah legendaris tempat KH. Ahmad Dahlan mengajar. Kemudian ada bangunan tempat jual beli batik pada jaman dahulu -KH. Ahmad Dahlan adalah pengusaha batik. Bagi perempuan, kalian dapat berhenti pada sebuah masjid yang hanya dikhususkan untuk perempuan. Sedikit di selatan masjid tersebut, ada Langgar Kidoel. Sebuah langgar yang juga digunakan oleh KH. Ahmad Dahlan mengajarkan pendidikan dan syiar Islam.

Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Seluruh perjalanan menyusuri gang-gang di Kauman tadi dapat diakhiri dengan mengunjungi Kampung Ramadan Kauman yang berada di sebuah gang sempit di wilayah utara kampung. Banyak kudapan yang dijajakan di Kampung Ramadan Kauman ini. Yang paling khas, tentu saja adalah Kicak. Kudapan yang hanya ada saat ramadan di Kauman. Kicak adalah kudapan dari singkong yang dibuat sedemikian rupa hingga begitu nikmat untuk takjil. Jadi, apakah kamu berminat untuk napak tilas di Kampung Kauman?

Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Kisah Darwis dan Napak Tilas Kehidupannya di Kauman.

Share this

Content Creator, Founder @nyetritbareng, Admin @kopi.web.id, 5th Place Winner APWI Kemenpar 2018 & 4th Place Winner APWI Kemenpar 2019.

Related Posts

Previous
Next Post »

2 comments

Write comments
26 Juni, 2018 15:48 delete

Kicak Kicak di dinding :)

Reply
avatar
06 Agustus, 2018 12:10 delete

Minat sih untuk napak tilas ini, asalkan ada guidenya yang memang kompeten untuk mendongeng soal Darwis itu.

Reply
avatar

Add your comment EmoticonEmoticon