Bersepeda Ke Air Terjun Musiman Grojogan Kedung Tolok

5/10/2016
Setelah beristirahat di Bukit Bego kami bergegas menuju tujuan utama kami yakni bukit hijau BNI dan akhirnya zonk! Tanda BNI ternyata hanya menunjukan hutan dekat bumi perkemahan Imogiri, bukan bukit hijau BNI. Kami lelah dan kecewa.


Sadar kami salah lokasi kami langsung turun dengan kecepatan tinggi. Ternyata seharusnya kami belok ke selatan setelah SD, di daerah tersebut baru ada plakat petunjuk arah bukit hijau BNI. Karena malas untuk menanjak lagi kami putuskan untuk mengganti tujuan, terpilihlah arah jembatan gantung Selopamioro yang kondang itu.

Melewati jalan tembus yang belum pernah saya lewati ke arah jembatan gantung kami sedikit mempercepat laju sepeda. Sampai dipinggir sungai Oyo, kondisi sungai sedikit keruh padahal hari sebelumnya tidak turun hujan. Niatnya kami ingin mandi di sungai Oyo dekat jembatan gantung, namun saya ragu karena keruhnya air.

Penuh kekecewaan sepertinya perjalanan kami kali ini. Ya sudah kami beristirahat di salah satu warung di ujung jembatan gantung. Kami ngobrol sambil istirahat. Pokoknya sepedaan kami hanya soal makan dan makan. Kemudian tercetuslah ide, kami akan mampir ke Kedung Tolok karena searah dengan jalan pulang.

Grojogan Kedung Tolok ini adalah air terjun musiman di wilayah Selopamioro, Imogiri. Lokasinya mblusuk di tengah desa yang berada di pinggir jalan Imogiri-Siluk. Kedung Tolok juga terkadang disebut sebagai Curug Kajor atau Curug Siluk. Keunikan dari  Grojogan Kedung Tolok adalah air terjunnya yang memiliki kolam besar.


Menuju Grojogan Kedung Tolok memang minim petunjuk arah. Untung salah satu teman saya pernah kesini jadi lancar saja untuk menuju kesini. Jadi untuk kesini silahkan menuju arah Siluk. Lalu setelah jembatan Siluk masih ke timur lagi kira-kira 1 km dan jika menemui persimpangan yang salah satu jalannya naik, nah itu dia arah Grojogan Kedung Tolok.

Arah Grojogan Kedung Tolok ini melewati kampung. Saat hampir sampai nanti kita akan menemui persimpangan yang memisahkan jalur mobil dan motor. Karena kami bersepeda kami melewati jalur motor yang hanya muat untuk satu kendaraan saja. 

Mengendarai sepeda menuju obyek wisata ini asik sekali. Teduh dan jalur yang bagus. Hampir sampai jalan semakin lebar, kemungkinan karena obyek wisata maka pemerintah memperlebar jalan menuju lokasi ini. Saat sampai hanya ada beberapa anak kecil yang bermain, cukup sepi ternyata walau air mengalir lumayan deras.


Lokasi parkir cukup lebar namun tidak ada pedagang disini. Bahkan petugas parkir atau retribusipun tidak ada, sepertinya mereka lupa kalau kamis ini adalah hari libur dan mereka hanya hadir saat akhir pekan. Dipikir-pikir keberuntungan kami hanya soal parkir dan restribusi ya.

Lokasi cukup sepi, perlu promosi lagi sepertinya
Banner Kedung Tolok
Di Grojogan Kedung Tolok ini kami hanya berfoto-foto. Teman ada yang mulai melepas pakaian untuk mandi. Namun saya belum tertarik karena airnya sedikit keruh menurut saya. Walaupun beberapa hari ini tidak hujan, air di Kedung Tolok cukup lumayan, keberuntungan yang lain kepada kami.

Sebagian dari kami yang lain lanjut beristirahat (lagi). Ada yang tiduran dan ada yang merokok untuk menambah nafas. Kami sedikit santai karena tidak ada beban pekerjaan hari itu, saya pun santai. Yang saya lakukan di Grojogan Kedung Tolok hanya berfoto dan mencoba membuat video ala kadarnya (banget).

Batu pijakan untuk berfoto
Kekinian


Nah jika masih bingung juga dengan lokasi Grojogan Kedung Tolok. Lokasi ini sudah ada di Google Maps jadi tinggal cari dan jalankan navigasi, mudah bukan? Jika masih bingung juga pakailah GPS alias Gunakan Penduduk Sekitar. Mari liburan kawan!


Share this

Content Creator, Founder @nyetritbareng, Admin @kopi.web.id, 5th Place Winner APWI Kemenpar 2018 & 4th Place Winner APWI Kemenpar 2019.

Related Posts

Previous
Next Post »

2 comments

Write comments
10 Mei, 2016 08:37 delete

Weh? Mosok ke arah Kedung Tolok nggak ada petunjuk arahnya? Kayaknya dulu aku pernah lihat. Tapi belum pernah mampir ke sana.

Soal Bukit Hijau BNI itu memang tanjakannya nggilani. Cuma kuat sampai setengah tanjakan karena pas itu panasnya bukan main. Aku dulu kenalnya sebagai "tanjakan ulat sutera".

Reply
avatar
10 Mei, 2016 08:40 delete

Ndak ada mas di pinggir jalan Imogiri-Siluknya, nek wes masuk kampung baru ada. Mungkin sudah ndak booming lagi. Katanya dulu juga ada retribusi sekarang parkir saja ndak ada warga yang jagain.

Reply
avatar

Add your comment EmoticonEmoticon