Tampilkan postingan dengan label Film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Film. Tampilkan semua postingan
Review Film Filosofi Kopi 2: Ben & Jody
Editors Picks Film Filosofi Kopi Personal Review Review"Ada satu filosofi yang tidak pernah ditulis, tapi selalu ada dalam setiap cangkir yang ada di kedai ini. Setiap hal yang punya rasa, selalu punya nyawa."
Sebelum menonton kelanjutan film Filosofi Kopi (2015) arahan sutradara yang sama Angga Dwimas Sasongko, pada gala premier minggu lalu. Boleh dibilang juga, bahkan jauh sebelum saya duduk di kursi studio bioskop menyaksikan kelanjutan film ini. Pikiran saya selalu beranggapan bahwa alur cerita film kedua ini pasti hanya soal cerita petualangan kedua sahabat dengan Volkswagen Combi yang dibeli untuk menggantikan kedai mereka yang ditutup. Ternyata saya salah.
Mengunjungi Kedai Filosofi Kopi Jogja
Culinary Film Kopi Sleman
Ben tampak tercengang memandang kedai filosofi kopi Melawai tertulis "tutup". Ia kembali atas dasar pertimbangan hati dan dorongan ayahnya untuk kembali menjadi barista di kedai filosofi kopi yang ia rintis bersama Jody, sahabatnya. Ben baru saja dilepas ayahnya untuk bebas memilih mencintai kopi. Ayahnya, dengan rela dan yakin mampu hidup sendiri tanpa Ben disisinya, di kampung halamannya.
Sebuah Salam Perpisahan Dari Logan
Editors Picks Film Personal Review
Disclaimer: Artikel ini sedikit mengandung spoiler film Logan, namun tidak secara keseluruhan.
Tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang kondisi Logan yang menua, James Mangold sang sutradara membuka adegan dengan dihajarnya Logan secara habis-habisan oleh perampok yang ingin mengambil satu-satunya mata pencaharian sang Wolverine (baca: sopir Uber). Melihat cara bertarung Logan yang tertatih di awal film ini seperti meruntuhkan kebesaran sang Superhero yang dulu sangat dibanggakan.
Tak perlu menjelaskan panjang lebar tentang kondisi Logan yang menua, James Mangold sang sutradara membuka adegan dengan dihajarnya Logan secara habis-habisan oleh perampok yang ingin mengambil satu-satunya mata pencaharian sang Wolverine (baca: sopir Uber). Melihat cara bertarung Logan yang tertatih di awal film ini seperti meruntuhkan kebesaran sang Superhero yang dulu sangat dibanggakan.
Langganan:
Postingan (Atom)